Seseorang dapat Kembali Berjalan Setelah Bertahun-Tahun Kelumpuhan

jalan kaki
jalan kaki
Ilustrasi.

Bhataramedia.com – Menurut penelitian yang dipublikasikan di Jurnal NeuroEngineering and Rehabilitation, kemampuan untuk berjalan telah dipulihkan menyusul cedera tulang belakang, dengan menggunakan kekuatan otak seseorang. Bukti dari penelitian pendahuluan ini menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk menggunakan kontrol otak secara langsung untuk membuat seseorang dapat berjalan lagi.

Ini adalah pertama kalinya seseorang dengan kelumpuhan lengkap di kedua kaki (paraplegia) karena cedera tulang belakang, dapat berjalan tanpa bergantung pada anggota badan robot yang dikendalikan secara manual, seperti dengan perangkat bantuan berjalan sebelumnya.

Peserta, yang telah lumpuh selama lima tahun, berjalan sejauh 3.66 m menggunakan sistem berbasis electroencephalogram (EEG). Sistem ini mengambil sinyal listrik dari otak peserta, yang kemudian melakukan perjalanan ke elektroda yang ditempatkan di sekitar lututnya untuk membuat gerakan.

Dilansir BioMed Central (23/09/2015), Dr. An Do, salah satu peneliti utama yang terlibat dalam penelitian ini, dari University of California, Irvine, USA, mengatakan: “Bahkan setelah bertahun-tahun kelumpuhan, otak masih dapat menghasilkan gelombang otak kuat yang dapat dimanfaatkan untuk mengaktifkan dasar berjalan. Kami menunjukkan bahwa Anda dapat mengembalikan berjalan yang dikendalikan otak setelah cedera tulang belakang lengkap. Sistem non-invasif untuk stimulasi otot kaki tersebut adalah metode yang menjanjikan dan merupakan suatu kemajuan dibandingkan sistem yang ada saat ini, yang menggunakan virtual reality atau eksoskeleton robot.”

Pelatihan mental awalnya diperlukan untuk mengaktifkan kemampuan berjalan otak. Duduk dan mengenakan topi EEG untuk membaca gelombang otaknya, peserta dilatih untuk mengontrol avatar dalam lingkungan virtual reality. Dia juga memerlukan pelatihan fisik untuk rekondisi dan memperkuat otot-otot kakinya.

Peserta kemudian berlatih berjalan, sementara kakinya berada 5 cm di atas tanah, sehingga ia leluasa bisa menggerakkan kakinya tanpa harus mendukung dirinya. Pada kunjungan ke-20, dia menerjemahkan keterampilan ini untuk berjalan di tanah, sembari mengenakan sistem pendukung berat badan bantuan dan untuk mencegah jatuh. Selama periode pengujian 19 minggu, dia mendapatkan kontrol yang lebih dan melakukan lebih banyak tes setiap kali kunjungan.

Penelitian ini melibatkan pasien tunggal, sehingga lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah hasil ini berlaku untuk populasi yang lebih besar dari individu dengan paraplegia.

Dr. Zoran Nenadic, pemimpin peneliti senior studi tersebut, dari University of California, Irvine, USA, mengatakan: “Setelah kami mengkonfirmasi kegunaan dari sistem non-invasif ini, kami dapat melihat ke dalam cara yang invasif, seperti implan otak. Kita berharap bahwa implan dapat mencapai tingkat kontrol prosthesis yang lebih besar, karena gelombang otak direkam dengan kualitas yang lebih tinggi. Selain itu, implan tersebut dapat memberikan kembalinya sensasi ke otak, yang memungkinkan pengguna untuk merasakan kaki mereka.”

Referensi Jurnal :

Christine E. King, Po T. Wang, Colin M. McCrimmon, Cathy CY Chou, An H. Do, Zoran Nenadic. The feasibility of a brain-computer interface functional electrical stimulation system for the restoration of overground walking after paraplegia. Journal of NeuroEngineering and Rehabilitation, 2015; 12 (1) DOI: 10.1186/s12984-015-0068-7.

You May Also Like