Penelitian Rasa Buah Stroberi untuk Membuat Pemodelan Asupan Gizi Ideal Bagi Anak-anak

Stroberi.

Bhataramedia.com – Di Inggris, rekomendasi untuk mengkonsumsi lima porsi buah dan sayur dalam sehari telah menjadi hal yang lazim. Namun, beberapa waktu yang lalu semua orang sepertinya dikejutkan dengan adanya penelitian bahwa lima porsi sayur dan buah tidak lagi cukup. Kita membutuhkan sedikitnya tujuh porsi untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan mengurangi resiko kanker, stroke dan juga penyakit jantung.

Di satu sisi, berita tentang penemuan ini menjadi hal penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, namun di sisi lain akan menimbulkan tantangan lebih pada orang tua untuk mengajak anak-anak mereka mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah hingga tujuh porsi dalam sehari. Bagi kebanyakan anak, sayur dan buah seringkali kurang menarik dan tidak memiliki rasa yang menyenangkan dibandingkan makanan lain. Sensitivitas terhadap rasa sayur dan buah merupakan hal yang cukup lazim.

Beberapa ilmuwan di Gainesville, Florida Utara ternyata telah melakukan penelitian selama lima tahun untuk menyelidiki rahasia dari rasa buah stroberi yang masih segar dan baru saja dipetik. Tim peneliti dari Florida ini telah mengidentifikasi 31 senyawa berbeda yang berasal dari buah stroberi segar.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi siapapun yang tidak menyukai rasa buah dan sayur sehingga memberikan peluang bagi siapapun untuk memanipulasi rasa dari sayur dan buah menjadi lebih terasa enak. Hal ini dapat membantu mereka yang tidak menyukai sayur dan buah menjadi lebih menyukai makanan-makanan sehat dengan bahan sayur dan buah segar.

Lidah merupakan organ yang bertugas merasakan makanan. Organ ini bekerja dengan menghasilkan simulasi rumit yang diterjemahkan otak sebagai rasa yang kita rasakan berdasar spektrum sensorik seseorang. Ketika kita menggigit buah stroberi atau buah dan sayur apapun, hal pertama yang kita rasakan akan berasal dari selera kita terhadap suatu rasa.

Selera rasa seseorang tertanam pada papila spons yang berada pada permukaan lidah. Papila spons ini mampu mendeteksi lima rasa dasar yaitu manis, asam, pahit, asin dan gurih atau umami. Kelima rasa tersebut merupakan rasa dasar yang paling sederhana. Sensasi rasa yang dirasakan seseorang akan ditambah dengan sensasi rasa trigeminal yang membuat seseorang dapat merasakan kesegaran stroberi segar, semangka yang baru dikeluarkan dari kulkas ataupun cabai yang sangat pedas. Indera penciuman juga memberi kontribusi terhadap persepsi rasa yang dirasakan seseorang. Ketika seseorang menggigit buah stroberi maka hidung akan mencium aroma dari bahan kimia yang dikeluarkan oleh stroberi tersebut. Aroma yang tercium ini memberi kontribusi besar terhadap kesan rasa yang dirasakan seseorang.

Pada studi lainnya, Kathleen Keller yang merupakan seorang ilmuwan dari Universitas Pennsylvania, dan rekan penelitinya telah melakukan berbagai percobaan guna memahami proses tersebut. Semua anak memiliki kesukaan alami dengan rasa manis, namun ada variabel lain yang terkait dengan kemampuan menerima rasa lain dari seorang anak, terutama rasa dari sayuran dan buah yang memiliki rasa pahit.

Diketahui bahwa anak-anak sangat sensitif terhadap senyawa sintetik pahit yang sering disebut sebagai PROP. Gen yang dimiliki setiap anak memberikan kontribusi pada kemampuan anak untuk merasakan rasa tersebut. Selain itu juga ditemukan korelasi yang tinggi antara kemampuan anak-anak untuk merasakan PROP dengan kesukaan pada makanan dengan kadar lemak dan gula yang tinggi.

Keller dan tim penelitinya telah menemukan mekanisme gen dapat mempengaruhi kesukaan kita terhadap rasa tertentu. Sebagai contoh, gen dapat menghasilkan protein reseptor yang disebut TAS2R38. TAS2R38 merupakan salah satu dari reseptor rasa pahit.

“Kami menemukan sekitar 25 protein reseptor seperti TAS2R38. Protein ini mengikat senyawa yang rasanya pahit dan mengirimkan informasinya ke otak. Variasi gen yang kita miliki akan menentukan seberapa kuat kita untuk cenderung mampu merasakan PROP (6-n-propylthiouracil).” Kata Keller, seperti dilansir (2/4/2014).

Penelitian mengenai rasa buah stroberi dan korelasi antara kesukaan rasa dan gen ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk merancang pemodelan asupan gizi yang ideal berdasar informasi genetik seseorang.

Referensi Jurnal :

  1. Schwieterman ML, Colquhoun TA, Jaworski EA, Bartoshuk LM, Gilbert JL, et al. (2014) Strawberry Flavor: Diverse Chemical Compositions, a Seasonal Influence, and Effects on Sensory Perception. PLoS ONE 9(2): e88446. doi: 10.1371/journal.pone.0088446.
  2. Keller KL, Olsen A, Cravener TL, Bloom R, Chung WK, Deng L, Lanzano P, Meyermann K. 2014. Bitter taste phenotype and body weight predict children’s selection of sweet and savory foods at a palatable test-meal. Appetite. doi: 10.1016/j.appet.2014.02.019.

You May Also Like