Mengapa Sisingamangaraja XII Menentang Kristenisasi yang Dilakukan Belanda

Mengapa Sisingamangaraja XII Menentang Kristenisasi yang Dilakukan Belanda

Bhataramedia.comMengapa Sisingamangaraja XII Menentang Kristenisasi yang Dilakukan Belanda. Seperti sejarah yang kita tahu bahwa Indonesia telah dijajah selama 350 tahun atau tiga setengah abad lamanya oleh Belanda. Yang saat itu juga merampas segala mimpi serta memberikan kesengsaraan yang berkepanjangan bagi  rakyat Indonesia. Para pemimpin Belanda menetapkan segala kebijakan yang bertujuan untuk memperkaya diri mereka dan mencari keuntungan meskipun membuat rakyat Indonesia menderita dengan segala kebijakan tersebut.

Karena itu pula banyak terjadi perlawanan dan perang yang bertujuan untuk mempertahankan wilayah dan juga meraih kemerdekaan. Salah satu perlawanan yang paling membekas bagi masyarakat Sumatera Utara yaitu perlawanan yang dilakukan Sisingamangaraja XII dalam menentang kristenisasi yang dilakukan Belanda.

Siapa Sisingamangaraja XII?

Sisingamangaraj XII merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang dinobatkan pada tanggal 19 November 1961 berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.590 / 1961. Memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu dan lahir pada tanggal 17 Juni 1849 di Bakkara, Tapanuli, Sumatera Utara. Menjadi penerus sang ayah yaitu Ompu Sohahuaon atau Sisingamangaraja XI yang meninggal pada tahun 1876. Sisingamangaraja merupakan gabungan dari tiga kata yaitu “si” yang merupakan kata sapaan, “singa” yang berarti bentuk rumah Baka orang Batak dan “mangaraja” yang sama artinya dengan kata “maharaja, yang jika digabungkan maka akan berarti Maharaja Orang Batak.

Faktor Terjadinya Pertentangan Mengenai Kristenisasi yang DIlakukan Belanda

Saat berada di tanah jajahannya yaitu Indonesia, para misionaris Belanda melakukan politik Pax Netherlandica. Yang mendukung kegiatan kristenisasi yang bertujuan untuk mempertahanklan kekuasaannya di Nusantara. Hal ini yang menjadikan rakyat melakukan berbagai perlawanan yang dianggap telah menyengsarakan dan bertentangan dengan rakyat yang sudah mempunyai agama saat itu. Dan perlawanan ini dikenal dengan Perang Tapanuli atau Perang Batak yang berlangsung selama 29 tahun atas pimpinan Sisingamangaraja. Ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya pertentangan ini, yakni:

Secara umum

  • Raja Batak Tapanuli yang menganut agama Batak Kuno atau Animisme Dinamisme yang menentang penyebaran agama Kristen di daerah Tapanuli.
  • Belanda menggunakan gerakan Zending sebagai siasat untuk dapat menguasai daerah Tapanuli.

Secara Khusus

Terjadinya perang  Tapanuli ditahun 1878 -1907 dikarenakan Raja Si Singamangaraja XII menentang penyebaran agama Kristen di Tapanuli. Yang mengakibatkan rakyat menderita dan para petani kehilangan tanahnya akibat dari politik liberar yang diberlakukan untuk membebaskan para pengusaha Eropa untuk menyewa tanah penduduk pribumi dengan paksaan dan harga murah.  Sehingga Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan dengan beberapa alasan seperti:

  • Sistem politik Pax Netherlandica yang semakin memperluas kekuasaan Belanda.
  • Semakin kecilnya pengaruh Sisingamangaraja
  • Terjadinya penyebaran kristenisasi dengan gerakan Zending di Tapanuli dan sekitarnya.

Dampak yang Dihasilkan dari Perang Tapanuli

Dengan terjadinya pertentangan kristenisasi yang disebut juga perang Tapanuli atau perang Batak menghasilkan banyaknya kerugian. Banyak orang Batak yang terbunuh, rumah – rumah dibakar serta agama Kristen yang tersebar dengan pesatnya tanpa ada halangan dari pihak manapun. Selain itu juga perang Tapanuli ini juga berdampak pada bidang politik yang sepenuhnya dikuasai oleh kolonial Hindia Belanda. Bidang ekonomi yang hasil perkebunanpun dimonopoli, dan bidang sosial yang meluasnya agama Kristen dan menyebabkan perubahan keyakinan masyarakat.

You May Also Like