Alzheimer : Wawasan Baru Pada Enzim Kunci

demensia alzheimer
demensia alzheimer
Ilustrasi.

Bhataramedia.com – Untuk pertama kalinya, para peneliti UCLA telah menunjukkan bahwa fragmen protein alami yang diproduksi di otak dapat bertindak sebagai inhibitor dari enzim kunci yang terlibat dalam timbulnya penyakit Alzheimer. Suatu temuan yang dapat mengarah pada pengembangan obat baru untuk mengobati penyakit ini.

Studi ini menemukan bahwa fragmen protein, sAPPα, menghambat enzim proteolitik BACE1. Peningkatan aktivitas BACE1 berkontribusi untuk produksi agregat dan plak beta amiloid yang merupakan ciri khas dari Alzheimer.

“Oleh karena sAPPα menghambat enzim BACE1, kemungkinan hal ini dapat digunakan untuk membantu mencegah kenaikan kegiatan BACE1 yang berpotensi berbahaya, dan dengan demikian mencegah timbulnya penyakit Alzheimer,” kata peneliti senior, Varghese John, profesor neurologi di Mary S. Easton Center for Alzheimer’s Disease Research, UCLA.

Temuan ini muncul tanggal 28 Juli 2015 di peer-reviewed Journal of Alzheimer’s Disease.

Fragmen protein sAPPais secara normal diproduksi oleh neuron dan terlibat pada pemeliharaan memori. Peneliti UCLA telah menunjukkan bahwa fragmen otak ini juga merupakan inhibitor kuat dari enzim proteolitik BACE1. Temuan baru ini membuka tabir pada regulasi otak dari produksi beta amiloid dan dapat menyebabkan pengembangan terapi baru.

Kebutuhan untuk pendekatan baru bagi pengobatan penyakit Alzheimer sangat mendesak. Alzheimer adalah demensia terkait usia yang paling umum terjadi danan jumlah kasus di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat dari jumlah saat ini, sekitar lima sampai enam juta hingga 15 juta pada tahun 2050. Biaya untuk kehidupan keluarga dan sistem perawatan kesehatan sangat besar. Alzheimer dan jenis demensia lainnya diproyeksikan membebani Amerika Serikat dengan biaya $ 226.000.000.000 pada tahun 2015 saja, jumlah ini akan meningkat menjadi $ 1,1 triliun pada 2050.

Saat ini tidak ada pengobatan atau strategi pencegahan yang benar-benar efektif untuk Alzheimer, dan obat yang tersedia hanya mengurangi gejala sementara.

John dan timnya menggunakan teknik yang disebut “small-angle X-ray scattering”, atau SAXS, dan menemukan bahwa penghambatan sAPPα terhadap aktivitas BACE1 kemungkinan terjadi karena struktur tiga dimensi yang unik dari fragmen protein itu sendiri. Ke depan, John dan timnya akan menentukan situs pengikatan sAPPα pada BACE1 menggunakan kristalografi sinar-X dan teknik lainnya.

“Studi kami menunjukkan bahwa mengembangkan sAPPα secara biologis, menemukan sebuah protein atau peptida fragmen kecil yang memiliki efek yang serupa, atau mengidentifikasi suatu senyawa kimia yang meningkatkan kadar fragmen protein ini, dapat menjadi strategi terapi yang baru dan efektif untuk pasien gangguan kognitif ringan and Alzheimer,” kata John.

“Strategi ini dapat membantu menormalkan fungsi otak dan mengembalikan memori serta fungsi kognitif, atau mencegah penurunan fungsi kognitif,” lanjut dia, seperti dilansir University of California, Los Angeles (UCLA), Health Sciences (29/07/2015).

Fragmen protein tersebut penting untuk fungsi otak yang normal dan pengembangan terapi baru yang menggunakan sAPPα kemungkin bermanfaat di luar Alzheimer. Obat potensial ini juga dapat membantu mereka yang menderita stroke atau cedera otak traumatis. Peningkatan kadar sAPPα kemungkinan juga bermanfaat pada pengobatan ALS (penyakit Lou Gehrig).

Referensi Jurnal :

Clare Peters-Libeu, Jesus Campagna, Michael Mitsumori, Karen Poksay, Patricia Spilman, Alex Sabogal, Dale E. Bredesen, Varghese John. Alzheimer’s Disease FDG PET Imaging Pattern in an Amyloid-Negative Mild Cognitive Impairment Subject. Journal of Alzheimer’s Disease, Volume 47, Number 3 2015.

You May Also Like