Antara Komodo, Borobudur dan Prambanan

komodo, prambanan, borobudur
komodo, prambanan, borobudur
Komodo, Prambanan dan Borobudur.

Bhataramedia.com – Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Maka, setiap jejak sejarah yang jadi tanda perjalanan peradaban sebuah bangsa adalah warisan berharga yang mesti dirawat dan dijaga. Indonesia, punya banyak jejak sejarah yang jadi tetengger dari perjalanan peradabannya sebagai sebuah bangsa. Salah satunya adalah candi.

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau biasa disingkat dengan nama UNESCO, adalah sebuah badan yang didirikan khusus oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Badan ini didirikan pada 1945. Fokus kerja dari UNESCO salah satunya adalah mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya. Menetapkan dan merawat situs atau heritage dunia adalah salah satu yang dilakukan UNESCO.

Lalu jejak apa saja di Indonesia yang telah ditetapkan masuk dalam heritage list versi UNESCO? Pada 22 November 2011, digelar simposium internasional bertajuk, ” Sixth Session Of The Intergovernmental Committe For The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage,” di Nusa Dua, Bali. Di acara itu, petinggi UNESCO hadir. Salah satunya adalah, Irina Bokova yang saat itu menjabat sebagai General Director UNESCO.

Lewat mulut Irina Bokova, disebutkan bahwa ada beberapa situs di Indonesia yang telah masuk dalam heritage list versi UNESCO. Kata Irina, dua candi megah di Indonesia, yakni Candi Borobudur dan Prambanan sudah tercatat dalam list warisan dunia versi UNESCO. Bahkan tak hanya candi yang telah masuk warisan dunia. Hutan tropis di Sumatera pun kata Irini, telah masuk dalam heritage list atau warisan dunia versi badan khusus PBB tersebut.

Pernah dengar ajang New 7 Wonder yang menuai pro kontra? Jika pernah dengar, kita akan mengingat tentang diajukannya Taman Nasional Komodo, sebagai salah satu kandidat keajaiban dunia versi 7wonder. Namun, ajang itu menuai kritikan karena menggunakan metode vote.

Metode vote ala 7wonder untuk menentukan keajaiban dunia mendapat kritikan dari Irina, ketika itu. Menurut Irina, penentuan warisan dunia tak bisa dilakukan dengan cara-cara populer, seperti lewat vote pesan pendek. Itu justru mengacaukan. Penentuan sebuah warisan dunia kata Irina, harus melalui kajian ilmiah yang dilakukan secara mendalam ilmiah dengan melibatkan para pakar di bidangnya. Dan, ketika menentukan Borobudur serta Prambanan, metode ilmiah yang dilakukan. Jadi, bukan lewat cara populer via pesan pendek.

Irina juga mengingatkan yang paling penting itu sebenarnya bukan pengakuan. Tapi langkah pelestarian, pengembangan, pemanfaatan, dan promosi dari semua stakeholder terkait yang lebih penting dilakukan. Indonesia sudah punya Borobudur. Indonesia juga memiliki Prambanan. Maka, jaga dan rawatlah Borobudr dan Prambanan, sebagai warisan sejarah dan peradaban, bukan hanya bagi bangsa Indonesia, tapi juga bagi warga dunia.

Dan, ternyata menurut Irina, Komodo itu sudah tercatat serta diakui masuk dalam daftar warisan UNESCO. Bahkan sudah masuk list sejak tahun 1991. Jadi tak usah tergiur oleh cara-cara populer yang kadang berbau ‘bisnis’. Karena UNESCO sendiri dalam menentukan sebuah situs itu adalah warisan dunia, melalui proses yang panjang dan mendalam. Penentuan dilakukan lewat kajian akademik oleh para ahli dan para pakar, yang kemudian menghasilakn satu list UNESCO.

Sekali lagi Irina mewanti-wanti, penetapan sebuah situs hanyalah bukan akhir. Lebih penting dari itu adalah, langkah kongkrit terhadap heritage yang sudah ditetapkan UNESCO. Pemerintah dan masyarakat, pengelola juga asosiasi yang terkait dengan heritage itu punya tanggung jawab untuk melakukan perlindungan serta terlibat dalam program konservasi dan lainnya.

Misalnya, masyarakat yang tinggal di sekitar heritage seperti Borobudur dan Prambanan yang telah ditetapkan dalam daftar UNESCO, wajib diberi pendidikan. Warga perlu diberikan training tentang konservasi heritage. Sekaligus diberdayakan. Sehingga warga sekitar Prambanan dan Borobudur, bisa merasakan manfaat dari kedua candi itu secara sosial, budaya dan ekonomi. Dengan begitu mereka merasa memiliki, dan harus merawat itu sebagai bagian dari ‘harta’ masa depan mereka.

You May Also Like