Agar Produktivitas Padi Naik, Petani Perlu Bangun Sistem Irigasi Hemat Air

Tingkatkan Produksi Gabah RI, Dosen UGM Usulkan Sistem Irigasi Hemat Air. (Credit: ugm.ac.id)
Tingkatkan Produksi Gabah RI, Dosen UGM Usulkan Sistem Irigasi Hemat Air. (Credit: ugm.ac.id)
Tingkatkan Produksi Gabah RI, Dosen UGM Usulkan Sistem Irigasi Hemat Air. (Credit: ugm.ac.id)

Bhataramedia.com – Agar produktivitas padi naik, petani perlu bangun sistem irigasi hemat air. Pernyataan ini disampaikan oleh Prof. Ir. Joko Sujono, M.Eng., Ph.D. yang berpendapat bahwa dengan penerapan budi daya padi dengan sistem irigasi hemat air dapat meningkatkan NTP (nilai tukar petani) dan produktivitas padi, selain dari pupuk dan benih.

Joko Sujono selaku Dosen Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada ini menyampaikan bahwa, kenaikan produksi sebesar 2,6 persen tidak sebanding dengan pengeluaran petani baik untuk sarana produksi pertanian maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup petani meskipun pupuk dan benih sudah disubsidi oleh pemerintah.

“Ketergantungan akan pupuk kimia menjadi tambahan beban bagi petani sehingga menambah biaya produksi dan mengakibatkan degradasi kesuburan tanah akibat pemakaian pupuk kimia yang berkepanjangan,” kata Joko hari Selasa (16/6/2015) seperti dilansir dari situs resmi UGM.

Lebih lanjut Sujono menuturkan bahwa untuk meningkatkan NTP, kata Sujono, inovasi budidaya tanam padi ramah lingkungan berkelanjutan dan produktivitas tinggi harus segera diterapkan kepada masyarakat petani. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengajak petani mengubah pola budi daya padi sawah yang sangat boros air dengan budi daya pada sawah yang hemat air.

Sujono mengatakan penerapan budi daya padi sawah dengan metode System of Rice Intensification (SRI) cukup efektif meningkatkan produktivitas gabah di Indonesia. Metode ini dapat menghasilkan 7,25 ton/ha dengan penghematan air sebesar 40 persen dibandingkan sistem konvensional yang mampu menghasilkan hanya 3,92 ton/ha.

Keuntungan penerapan metode SRI dalam budi daya padi sawah dibandingkan dengan sistem konvensional di lebih dari 50 negara ternyata mampu meningkatkan produksi hingga 20-100%, “Bisa mengurangi pemakaian benih hingga 90% dan menghemat air hingga 50%,” katanya.

Metode SRI organik diklaim dapat hasil yang lebih baik, karena jumlah anakan yang lebih banyak, malahan lebih panjang sehingga bulir lebih banyak, lebih kuat dan lebih sehat. Bahkan biaya produksi lebih rendah dari penghematan benih hingga 90% dibanding cara konvensional.

You May Also Like