Penemuan Genetik Tawarkan Jalan Baru Tangkal Serangan Schistosomiasis

siput air, schistosomisasis

Bhataramedia.com – Peneliti di Oregon State University telah menemukan sekelompok gen di dalam satu spesies siput yang memberikan kekebalan alami terhadap parasit cacing pipih yang menyebabkan schistosomiasis. Penemuan ini membuka pintu kemungkinan untuk obat baru atau cara untuk memutus siklus penularan penyakit yang sangat melemahkan ini.

Schistosomiasis menginfeksi lebih dari 200 juta orang di lebih dari 70 negara dan paling umum terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk. Penyakit ini dapat menyebabkan cacat seumur hidup kronis, dimulai dengan masalah gastrointestinal dan kadang-kadang menyebabkan kerusakan hati, gagal ginjal, infertilitas dan kanker kandung kemih.

Schistosomisasis, yang dulunya berasal dari Afrika tetapi sekarang telah menyebar di seluruh dunia, telah menjadi pandemi global yang diabaikan. Dampaknya terhadap kesehatan manusia menyaingi malaria.

Namun, transmisi melingkar dari penyakit yang kompleks ini sebagian waktunya tergantung infeksi pada siput air, dimana jumlah parasit sangat diperbesar. Oleh karena itu siput kemungkinan menawarkan peluang kunci untuk memutus siklus penularan.

Penemuan genetik ini telah diterbitkan di PLOS Genetics, oleh peneliti dari OSU dan Universite de Perpignan Via Domitia di Perancis. Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Health.

“Kami telah menemukan gen-gen kelas baru yang sebelumnya tidak diketahui. Gen-gen ini tampaknya memiliki kemampuan untuk menahan schistosomes,” kata Michael Blouin, seorang profesor biologi integratif di OSU College of Science. Telah ditemukan bahwa alel genetik yang dominan di wilayah ini menyampaikan penurunan risiko infeksi schistosomiasis delapan kali lipat.

“Gen ini adalah tipe yang pada spesies hewan lain, membantu untuk mengenali patogen dan memicu respon imun,” kata Blouin. “Ini adalah informasi baru yang penting. Dengan penelitian lebih lanjut kami akan belajar lebih banyak mengenai genetika yang tepat dan molekul yang terlibat pada saat parasit berinteraksi dengan inang,” lanjut Blouin, seperti dilansir Oregon State University (24/03/2015).

Ada dua kemungkinan aplikasi yang dapat ditempuh di dalam upaya untuk mengobati atau mengendalikan penyakit ini, kata para peneliti. Salah satunya berupa pengembangan obat baru, karena saat ini hanya ada satu obat, praziquantel, yang digunakan untuk membantu mengobati penyakit ini. Seiring semakin meningkatnya penggunaan obat ini, resistensi terhadap obat kemungkinan dapat terjadi.

Kemungkinan yang kedua adalah peneliti dapat mencoba untuk memasukkan gen-gen tahan parasit tersebut ke dalam spesies siput yang paling sering mengirimkan schistosomiasis.

“Ada beberapa cara untuk memasukkan gen-gen baru ini ke dalam populasi,” kata Jacob Tennessen, seorang peneliti pascadoktoral OSU dan penulis utama studi ini.

Para ilmuwan mencatat, hal ini sudah pernah dicoba untuk beberapa penyakit lain, seperti pada nyamuk yang menularkan malaria. Memodifikasi populasi bekicot agar menjadi resisten bukan merupakan hal yang praktis, kata mereka, tetapi mengidentifikasi gen-gen baru yang mengontrol resistensi terhadap parasit adalah langkah pertama yang penting.

You May Also Like