Keragaman Semut Tanda Kemajuan Restorasi Padang Rumput

Laura Winkler, mahasiswa pascasarjana South Dakota State University mengumpulkan spesimen untuk menentukan keragaman populasi semut di padang rumput yang dipulihkan di timur South Dakota. Penelitiannya akan membantu para ilmuwan melacak kemajuan upaya restorasi di US Fish and Wildlife Services. (Credit: South Dakota State University)

Bhataramedia.com – Ahli ekologi memiliki cara baru untuk mengevaluasi kemajuan restorasi (pemulihan) ekosistem padang rumput, yaitu menganalisis keragaman semut.

“Semakin beragam populasi semut maka kemungkinan padang rumput untuk pulih ke kondisi semula akan semakin dekat”, kata Laura Winkler, yang baru saja menyelesaikan gelar master dalam ilmu tanaman, khususnya entomologi, di South Dakota State University. Ketika kita ke padang rumput yang masih alami, maka kita akan mengetahui bahwa semut merupakan “insinyur ekosistem.”

Peran Ekologi Semut

“Semut memainkan banyak peran ekologi. Mereka melakukan aerasi tanah, sirkulasi nutrisi dan berperan terhadap pertahanan tanaman dan penyebaran benih. Semut bergerak lebih tanah dari cacing tanah, ditambah lagi mereka merupakan makanan bagi sejumlah besar reptil dan burung.” Jelas Winkler, seperti dirilis laman Newswise (9/6/2014).

Beberapa spesies semut mendukung koloni serangga pemakan tanaman, seperti kutu daun atau wereng, bahkan melindungi mereka dari predator.

“Peran serangga ini seperti sapi perah bagi semut,” kata Winkler. Melalui peran ini maka semut memperoleh madu yang kaya gula dari sekresi kutu daun, sebanyak yang diperoleh manusia ketika ketika memerah susu dari sapi perah. Ketika semut membutuhkan protein, mereka hanya perlu memakan kutu daun.

“Semut juga mendistribusikan bahan organik dengan memindahkan serangga mati ke dalam koloni dan mendistribusikan semut lain yang mati jauh dari koloni,” tambah Winkle.

Variasi dengan usia

“Area US Fish and Wildlife Service dulunya merupakan padang rumput yang dipulihkan pada satu sampai empat tahun yang lalu,“ kata Winkler. Restorasi ini melibatkan mengambil daerah yang ktitis hingga ke area yang benar-benar kosong atau tidak memiliki rumput sama sekali dan kemudian dilakukan penyemaian rumput asli.

Winkler menggunakan data dari beberapa area yang diambil selama periode satu tahun untuk mendapatkan hasil penelitiannya.

“Seperti yang diharapkan, area restorasi yang lebih muda memiliki spesies semut yang lebih sedikit, dimana jumlah dan keragaman semut akan meningkat dari waktu ke waktu. Daerah restorasi pada usia 1 tahun memiliki tujuh spesies yang berbeda, sedangkan pada usia 2 tahun, jumlahnya telah meningkat menjadi sembilan dan pada usia 3 tahun sampai 10 spesies,” jelas Winkler. Dia mengharapkan restorasi pada tahun keempat akan mencapai 17 spesies pada area yang tidak terlalu dipengaruhi faktor penghambat restorasi, namun dia justru mendapatkan data bahwa ada sedikit penurunan sampai delapan spesies di area tersebut.

“Kekeringan tahun lalu dan kemudian musim semi basah juga mempengaruhi vegetasi, semut tersebut tampaknya berupaya untuk bertahan hidup dan meninggalkan area restorasi untuk mencari makan,” Winkler menunjukkan.

Dia menduga bahwa teknik manajemen juga telah memainkan peran terhadap upaya restorasi. “Beberapa area mungkin telah mengalami pembakaran lebih sering terhadap vegetasinya dengan tujuan untuk mengendalikan gulma, namun penelitian jangka panjang masih dibutuhkan untuk memastikannya” kata dia.

Berdasarkan penelitian lain, dia memprediksi bahwa suatu area akan mencapai puncak keanekaragaman spesiesnya dalam waktu tujuh sampai delapan tahun dari waktu awal restorasi.

Peningkatan Spesialisasi

“Winkler juga melihat bagaimana spesies semut berperan penting bagi lingkungan. Semakin muda area restorasi maka akan cenderung memiliki semut yang generalis, dimana semut ini tidak menetap di area tersebut dan sering berpindah tempat. Namun, area restorasi yang lebih tua cenderung memiliki lebih banyak semut spesialis, seperti semut yang bersarang di tanah, dimana semut ini cenderung untuk menetap di area tersebut sehingga sangat mendukung upaya restorasi.” Jelas Winkler. Keberadaan lebih banyak semut spesialis akan menghalangi keberadaan beberapa jenis semut generalis.

Winkler menambahkan bahwa padang rumput harus memiliki lebih banyak koloni semut. Semakin besar keragaman, maka akan semakin banyak relung tanah yang terisi oleh koloni tersebut, dan tentunya upaya restorasi akan lebih sukses.

You May Also Like