Pemanasan Arktik Kurangi Cuaca Dingin Ekstrim di Eropa dan Amerika Serikat

Garis merah menunjukkan isoterma 10°C pada bulan Juli, yang umumnya digunakan untuk mendefiniskan perbatasan wilayah Arktik. (Image: CIA World Factbook)

Bhataramedia.com – Penelitian baru menunjukkan bahwa perubahan iklim kemungkinan tidak akan menyebabkan cuaca dingin yang ekstrim, mirip dengan yang melanda Amerika Serikat pada musim dingin yang lalu.

Fenomena amplifikasi Arktik mengacu pada tingkat pemanasan yang lebih cepat di Kutub Utara dibandingkan dengan tempat yang lebih jauh ke selatan. Fenomena ini telah dikaitkan dengan lonjakan jumlah musim dingin ekstrim yang terjadi selama beberapa tahun terakhir di Eropa dan Amerika Utara. Amplifikasi Arktik adalah tren pemanasan di wilayah sekitar Kutub Utara hampir dua kali lebih besar dibandingkan rata-rata tren pemanasan global pada beberapa dekade terakhir.

Namun, penelitian baru yang dilakukan oleh Dr. James Screen dari University of Exeter telah menunjukkan bahwa amplifikasi Arktik telah benar-benar mengurangi risiko terjadinya udara dingin ekstrim di sebagian besar wilayah belahan bumi utara. Studi ini diterbitkan di jurnal ilmiah Nature Climate Change.

Studi ini menanggapi kekhawatiran yang berkembang bahwa bagian Eropa dan Amerika Utara akan mengalami lebih banyak, atau lebih parah, hari-hari dingin yang ekstrim selama abad berikutnya.

“Hari-hari pada musim gugur dan musim dingin rata-rata telah menjadi lebih hangat, serta kurang mengalami variasi suhu dari hari ke hari. Kedua faktor tersebut mengurangi kemungkinan terjadinya cuaca yang sangat dingin,” kata Dr. Screen, Mathematics Research Fellow di University of Exeter.

Gagasan yang muncul adalah adanya hubungan antara amplifikasi Arktik dengan kondisi cuaca ekstrim yang menjadi lazim selama musim dingin parah yang melanda sebagian besar wilayah Amerika Serikat pada Januari 2014. Cuaca dingin ekstrim tersebut menyebabkan gangguan transportasi utama, pemadaman listrik dan kerusakan tanaman.

Di dalam studinya, Dr. Screen memeriksa rincian catatan iklim untuk menunjukkan bahwa variabilitas suhu selama musim gugur dan musim dingin telah menurun secara signifikan di belahan bumi utara selama beberapa dekade terakhir.

Dia menemukan bahwa hal tersebut terjadi terutama karena angin utara dan udara dingin mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan angin selatan dan udara hangat.

“Cuaca dingin cenderung terjadi ketika angin bertiup dari utara, angin tersebut membawa udara Arktik menuju ke selatan di wilayah garis lintang tengah. Oleh karena udara Arktik memanas dengan cepat, sehingga kondisi saat ini kurang dingin dibandingkan hari-hari dingin di masa lalu,” jelas Dr. Screen, seperti dilansir University of Exeter (15/6/2014).

Dengan menggunakan pemodelan iklim matematika terbaru, Dr. Screen juga telah mampu menunjukkan bahwa perubahan ini akan terus berlanjut di masa depan. Pemodelan tersebut memprediksi bahwa, akan terjadi penurunan variabilitas suhu di semua musim, kecuali musim panas di masa yang akan datang.

Referensi Jurnal :

James A. Screen. Arctic amplification decreases temperature variance in northern mid- to high-latitudes. Nature Climate Change, 2014 DOI: 10.1038/nclimate2268.

You May Also Like