Jaringan Konservasi Laut Tidak Memadai untuk Lindungi Ikan dan Ekologi yang Terancam

Sekumpulan ikan bluestripe snapper di perairan Kenya.

Bhataramedia.com – Studi baru melaporkan bahwa perluasan kawasan perlindungan laut diperlukan untuk melindungi spesies ikan yang memiliki fungsi ekologis yang penting. Menurut peneliti dari Wildlife Conservation Society dan organisasi lain, sebelumnya upaya perlindungan ikan telah difokuskan pada penyelamatan jumlah spesies terbesar. Upaya tersebut sering mengorbankan spesies yang menyediakan fungsi ekologis “kunci” dan sulit untuk digantikan.

Banyak fungsi ekologis penting dari laut diperankan oleh spesies ikan yang juga merupakan makanan bagi jutaan orang. Penelitian ini mengungkapkan masalah yang signifikan. Komunitas ikan yang paling berharga secara ekologis di dunia, saat ini rentan dan tidak tercakup oleh jaringan kawasan konservasi perairan dunia. Jika ingin mempertahankan populasi ikan tropis dan pelayanan ekologis yang diberikan, maka jaringan perlindungan area laut yang ada di dunia harus diperluas. Makalah mengenai permasalahan ini muncul di Ecology Letters edisi online.

“Pengakuan bahwa semua spesies tidaklah sama dan beberapa spesies memainkan peran lebih penting dan berbeda di dalam laut, merupakan hal yang mendorong investigasi baru ini. Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi daerah dengan populasi ikan yang rentan, sesuatu yang telah dilupakan oleh fokus konservasi yang telah ada,” kata Dr. Tim McClanahan, WCS Conservationist Senior dan rekan-penulis penelitian.

“Jika Anda kehilangan spesies kunci, maka Anda merusak kemampuan laut untuk menyediakan makanan dan jasa ekologi lainnya. Hal ini menjadi panggilan bagi kita ntuk melindungi spesies dan lokasi yang rentan. Analisis kami mengidentifikasi kesenjangan tersebut dan seharusnya dapat menyediakan dasar untuk mempercepat perlindungan fungsi laut,” tambah Tim, seperti dilansir Wildlife Conservation Society (28/8/2014).

Para penulis studi ini menyusun database global terhadap populasi ikan pesisir tropis dari 169 lokasi di seluruh dunia. Mereka memfokuskan pada spesies yang hidup di kedalaman 50 meter atau kurang. Tim peneliti membandingkan data ini dengan peta distribusi untuk 6316 spesies ikan karang tropis. Ancaman manusia seperti memancing, polusi dan perubahan iklim juga dimasukkan di dalam analisis.

Para peneliti kemudian menemukan bahwa banyak daerah terancam dengan ikan yang berfungsi penting ditemukan di luar kawasan perlindungan laut yang ada. Selain itu, studi ini meneliti kerentanan lain seperti sensitivitas taksonomi (jumlah spesies yang terancam di dalam kumpulan atau komunitas ikan) dan sensitivitas fungsional (jumlah fungsi yang terancam hilang karena ancaman eksternal).

Dari perspektif regional, analisis tersebut mengungkapkan bahwa “hotspot” kekayaan spesies terletak di kepulauan Indo-Australia dan Karibia.

Area dengan kerentanan tinggi termasuk perairan pantai Chile, Pasifik tropis timur dan Samudra Atlantik timur, daerah di mana relatif sedikit spesies ikan yang melakukan fungsi lingkungan penting dengan sedikit atau tidak ada spesies yang mengisi peran yang sama.

“Melindungi pelayanan ekologis yang disediakan populasi ikan untuk habitat pesisir sama pentingnya dengan melindungi spesies satwa liar,” kata Dr. Caleb McClennen, Direktur Eksekutif Program Kelautan WCS.

“Teori kerangka keputusan ini dapat membantu pengelola laut membuat rekomendasi mengenai di mana penempatan perluasan kawasan perlindungan laut dan melindungi kemampuan laut untuk menyediakan layanan penting,” pungkas Dr. Caleb.

Referensi :

Chuanhai Cao et al. The Potential Therapeutic Effects of THC on Alzheimer’s Disease. Journal of Alzheimer’s Disease, August 2014 DOI: 10.3233/JAD-140093.

You May Also Like